Bandung, Spotnews.id – Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menyebut fenomena angin dahsyat yang meluluhlantahkan bangunan di Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang bukan angin puting beliung, tapi angin tornado.
Analisis itu setidaknya berdasarkan kronologi foto-foto dan video extreme event, serta dampak kerusakan yang diunggah masyarakat di media sosial. Dari analisis awal, Erma menyimpulkan bahwa fenomena angin tornado yang terjadi di Rancaekek ini merupakan yang pertama terjadi di Indonesia.
“Kita kategorikan tornado karena radius lebih dari 2 kilometer sudah terpenuhi,” kata Erma
Erma mengungkap empat faktor yang membedakan antara puting beliung dengan tornado. Pertama, tornado dari skala kecepatan anginnya begitu kuat mencapai angka 65 hingga 67 kilometer/jam.
Kedua, radius putaran angin, terang Erma, mencapai lebih 2 kilometer. “Puting beliung itu radius putarnya kurang dari setengah kilometer, fenomena itu kita sebut micro scale, skala mikro, sementara tornado itu ada pada skala miso, skala luar,” ungkap Erma Ketiga, dampak kerusakan yang terjadi parah. “Kasus sekarang dampaknya tadi 5 kecamatan itu dampaknya luas dan bahkan tercatat terparah,” tutupnya
(Laporan: Viva.com // Spotnews.id – yan)