Ngawi, Spotnews.id – Kabupaten Ngawi mencatat sejarah baru dalam upaya pemberantasan buta aksara Al-Qur’an dengan peluncuran Gerakan Berantas Buta Aksara Al-Qur’an (GEBRAKAN). Inisiatif ini diluncurkan dalam sebuah acara yang khidmat di Gedung DPRD Ngawi, pada Selasa (11/11) siang, dengan melibatkan kolaborasi antara Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Ngawi, Ikatan Pencinta Al-Qur’an Indonesia (IPARI) Ngawi, dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Ngawi.

Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua BAZNAS Ngawi, Samsul Hadi, Ketua DPRD Ngawi, Dr. H. Yuwono Kartiko, serta Kepala Kemenag Kabupaten Ngawi, Dr. KH. Moh. Ersat. Juga hadir Gus Afa Prasetiyanto, Ketua IPARI Ngawi, dan ratusan peserta yang terdiri dari Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) se-Kabupaten Ngawi serta penyuluh agama dari berbagai kecamatan.
Dalam sambutannya, Samsul Hadi menegaskan peran zakat dalam program ini. “BAZNAS Ngawi akan mengalokasikan dana zakat produktif untuk menyiapkan Al-Qur’an. Ini bukan hanya program sosial, tetapi juga investasi akhirat yang akan menurunkan angka buta aksara Al-Qur’an,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.

Dr. KH. Moh. Ersat turut memberikan penjelasan terkait pentingnya GEBRAKAN. Berdasarkan data Kemenag Nasional, sekitar 65 persen umat Islam Indonesia masih kesulitan membaca Al-Qur’an dengan tartil. Untuk itu, GEBRAKAN hadir sebagai solusi dengan mengintegrasikan kurikulum digital, pelatihan 1.000 guru ngaji, serta pemantauan berbasis aplikasi di setiap KUA.
Inovasi dalam program ini juga diperkenalkan oleh Gus Afa Prasetiyanto, yang mengungkapkan metode “Qur’an 30 Hari” yang telah berhasil diterapkan di 15 desa percontohan. “Kami menggunakan pendekatan gamifikasi dan teknologi AI untuk mendeteksi tajwid, dengan relawan pemuda yang akan melakukan pendekatan door-to-door, menargetkan satu rumah satu hafiz dalam setahun,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Ngawi, Dr. H. Yuwono Kartiko, menyatakan dukungannya terhadap gerakan ini dengan rencana mendorong pengesahan Peraturan Daerah (Perda) Pendidikan Qur’ani di Ngawi. “Ini bukan hanya soal agama, tetapi juga untuk mencegah radikalisasi dan memperkuat karakter bangsa,” katanya.
Acara peluncuran GEBRAKAN diakhiri dengan penandatanganan prasasti digital oleh ketiga pimpinan utama, yang menandai dimulainya fase pertama program ini. Salah satu peserta, Riska (43), yang sebelumnya tidak bisa membaca Al-Qur’an, kini telah berhasil mengkhatamkan tiga juz berkat bantuan IPARI, mendapat apresiasi meriah dari para tamu yang hadir.

GEBRAKAN fase pertama akan dimulai pada Januari 2023, dengan target 5.000 penerima manfaat. Diharapkan, kolaborasi lintas sektor ini dapat menjadi model nasional, menjadikan Ngawi sebagai kabupaten percontohan dalam literasi Al-Qur’an di Jawa Timur.
(Sumber:Baznasngawi // Spotnews.id – Iz)








