SPOTNEWS.id, Jakarta – Ancaman badai resesi di tahun 2023 diperkirakan akan benar-benar terjadi jika tidak dicegah mulai sekarang, sejumlah pihak diprediksi tetap menghadapi tantangan berat di tahun ini.
Diketahui, resesi ekonomi merupakan kondisi perekonomian suatu negara sedang memburuk. hal ini tampak darri PDB yang negatif, pengangguran meningkat dan pertumbuhan ekonomi real bernilai negatif selama dua kuatal berturut-turu. Jika suatu negara mengalami resesi, hal itu adalah mimpu buruk bagi negara tersebut, lantas bagaimana nasib Indonesia. Berikut tanggapan pengusaha dan pakar ekonom.
1. Pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur, Dr. KH. Muhammad Zakki, M.Si,
Menanggapi dampak resesi di Indonesia, butuh waktu untuk menjalar di Indonesia, meski laju perekonomian Indonesia tak lepas dari perekonomian global. Tapi semua pihak tetap waspada.
Pihaknya menyampaikan sebagian besar ekonomi global bahwa 2023 akan menjadi tahun yang sulit. Keadaan itu diperkirakan akan terjadi sebab mesin utama pertumbuhan global – Amerika Serikat, Eropa dan Cina – semuanya mengalami aktivitas yang melemah.
“Mengapa? Karena tiga ekonomi besar – AS, UE, dan Cina – semuanya melambat secara bersamaan, “ujar KH. Zakki yang juga sebagai Ketua Perkumpulan Pengusaha Emas Nusantara (PPEN) kepada Spotnews.id, Kamis (5/1/2023).
2. Pakar Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri
Resesi adalah perpaduan antara demand shock dan supply shock yang diiringi inflasi yang sangat tinggi, ditambah pengaruh pasca pandemi Covid-19.
“Namun tiap pihak perlu waspada, karena resesi adalah perpaduan antara demand shock dan supply shock, diiringi inflasi yang sangat tinggi, ditambah pengaruh pandemi Covid-19 , “jelasnya.
3. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Pihaknya sebelumnya telah menyatakan ancaman resesi yang mengintai ekonomi global pada 2023 terjadi karena pelbagai faktor, mulai perubahan iklim hingga meningkatnya tensi geopolitik.
“Tantangan-tantangan masyarakat dan ekonomi yang continuously di bawah tekanan dan shock ini bukan kaleng-kaleng, istilahnya shock-nya sangat besar, yang memang kemudian jika APBN sendiri tidak tahan, APBN-nya jebol duluan, kalau APBN jebol duluan, ekonomi ikut jebol,” katanya di Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2022.
Sri Mulyani juga menekankan bahwa APBN akan tetap berperan sebagai shock absorber. APBN juga bakal menjadi instrumen penahan tekanan gejolak krisis, sama halnya seperti pada masa pandemi Covid-19. (dn/tmp)