Spotnews.id- Di balik sunyinya lorong-lorong kecil Desa Plosowahyu, Kecamatan Lamongan, berdiri sebuah rumah tua yang nyaris roboh. Di dalamnya, hidup seorang perempuan sepuh bernama Mbah Warni, berusia sekitar 65 tahun. Seorang janda tanpa anak dan tanpa sanak saudara, ia menua dalam kesendirian.
Tak ada hiruk-pikuk di rumah itu, hanya deru angin yang menyelusup di sela atap reyot. Setiap hari, Mbah Warni menjalani hidup tanpa pekerjaan tetap. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia bergantung pada santunan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Jawa Timur.
Setiap bulan, ia menerima bantuan sebesar Rp600.000. Uang tersebut digunakan sehemat mungkin untuk membeli beras, sayur, dan lauk sederhana yang ia masak sendiri.
“Sedoyo kulo masak dewe, alhamdulillah niki wonten sing bantu saking BAZNAS Jatim,” ucapnya pelan, dengan suara nyaris tenggelam oleh usia.
Mbah Warni tinggal di rumah miliknya sendiri, namun kondisinya sangat memprihatinkan. Dinding mulai retak, atap bocor, dan lantai tanah yang lembab menjadi pijakan sehari-hari. Meski begitu, ia tetap bersyukur karena kesehatannya masih cukup baik untuk beraktivitas ringan.
Kehidupan Mbah Warni menjadi potret sunyi di tengah pedesaan. Dalam keterbatasan, ia tetap tegar, tidak pernah meminta-minta, dan memegang teguh rasa syukur. Kehadiran BAZNAS Jatim menjadi penopang harapan di tengah hidup yang nyaris tanpa tumpuan lain.
Kisahnya adalah pengingat bahwa kemiskinan sering bersembunyi di balik dinding rumah-rumah tua, jauh dari sorotan. Namun, di tengah kesunyian itu, selalu ada cahaya—bahwa selama kepedulian masih ada, harapan tak pernah benar-benar padam.
(Laporan:Spotnews.id-Ryn)








