Sulawesi, Spotnews.id – Jagat dunia maya dihebohkan dengan aksi seorang pria yang mengaku bernama Sappe dalam agenda desak Anies, di Parepare, Sulawesi Selatan
Dengan mengenakan topi caping kertas, Sappe menangis sesugukan saat menyampaikan aspirasinya pada Anies.
“Assalamualaikum, Abah Presidenku, saya nelayan atas nama Sappe mewakili seluruh lapisan masyarakat khususnya Sulawesi Selatan, masyarakat nelayan yang selama ini di mana kami susah mendapatkan bahan bakar pak,” katanya sambil menangis sambil menggenggam tangan Anies. “Gimana sulit mendapatkan pak, begitu juga dengan saudara-saudara kami para petani sudah sulit, mahal lagi pak. Oleh karena itu pak kami tidak butuh makan gratis, kami tidak butuh susu gratis pak, yang kami butuhkan kesetaraan pak,” lanjutnya.
Video tersebut menuai reaksi warganet. Banyak yang menilai itu hanyalah gimmick lantaran Passe sendiri adalah salah satu calon anggota legislatif (caleg) PKS. “Hahahaha gimiknya ya Allah. Yang dibutuhkan Sappe bukan makan siang gratis tapi duduk di legislatif. Topi kertas lagi dia pake,” tulis akun @Prvt_mansion dikutip siap.viva.co.id pada Rabu, 7 Februari 2024.
Usut punya usut, Sappe rupanya adalah Juru Bicara PKS Parepare. Ia juga caleh nomor urut 1 dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk daerah pemilihan (dapil) Bacukiki Barat.
Namun demikian, hingga berita ini diturunkan hal tersebut belum terkonfirmasi.
Sappe berpesan kepada Anies lebih baik anak-anak diberi pelayanan kesehatan yang layak daripada makan siang dan susu gratis. Adapun makan siang dan susu gratis adalah program unggulan capres Prabowo Subianto.
“Saya titipkan harapan ini kepada Bapak, agar 2024 ada perubahan. Saya mewakili masyarakat nelayan, petani, dan buruh izinkan memeluk bapak mewakili mereka merasakan perubahan, terima kasih Pak, harapan kami besar untuk Bapak,” ucap Sappe yang videonya viral.
Adapun Anies dalam orasi politiknya menyoroti wilayah melaut nelayan yang sempit. Sehingga, hal itu berpengaruh terhadap pendapatan mereka sehari-hari.
“Banyak sekali nelayan yang mengeluh. Mereka nelayan kecil yang ingin melaut jauh, tapi mereka dipangkas oleh aturan hanya boleh melaut sejauh 12 mil dari tepi pantai,” kata Anies dalam siaran pers di Jakarta.
Anies menjelaskan, dengan semakin sempitnya ruang lingkup melaut para nelayan, membuat kesejahteraan mereka tidak meningkat dan timpang dengan pelaku usaha perikanan yang sudah mapan. Selain itu, kata Anies, juga bahan bakar solar yang sulit dijangkau semakin memperparah kondisi nelayan untuk melaut dam mencari nafkah.
“Sudah tidak bisa melaut jauh, solarnya juga sulit, apa yang mereka bisa rasakan kemajuannya? Insya Allah, perubahan akan terjadi pada nelayan kita,” kata gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu.
(Sumber: Viva // Spotnews.id – UUS)