Suarabaya, Spotnews.id – Jawa Timur dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi ikon ekspor produk halal Indonesia. Wilayah ini tidak hanya memiliki infrastruktur pelabuhan yang strategis, tetapi juga basis ekonomi syariah yang terus berkembang melalui sinergi antara pemerintah daerah, lembaga keuangan syariah, dan pelaku UMKM.
Dewan Pakar HIPMIKIMDO Jawa Timur, Heri Cahyo Bagus Setiawan, menilai bahwa kekuatan UMKM di sektor halal semakin terarah seiring meningkatnya kesadaran pelaku usaha terhadap sertifikasi produk halal. Menurutnya, program pembinaan dan literasi yang digerakkan oleh berbagai pihak, termasuk Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Timur, telah menjadi fondasi penting dalam memperluas ekosistem industri halal di daerah ini.
“Ekonomi halal tidak hanya berbicara soal label, tetapi juga sistem nilai yang mencerminkan kejujuran, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial. Jawa Timur sudah punya modal sosial kuat, tinggal memperkuat koordinasi dan strategi ekspor,” ujar pria yang akrab disapa Gus Heri itu saat ditemui di Surabaya, Selasa (15/10).
Ia menjelaskan, Jawa Timur memiliki beberapa keunggulan strategis untuk memperkuat posisi dalam rantai pasok halal global. Selain pelabuhan besar seperti Tanjung Perak, Gresik, dan Probolinggo, keberadaan kawasan industri halal serta dukungan pesantren melalui program One Pesantren One Product (OPOP) menjadi faktor pembeda dari provinsi lain.
Gus Heri juga menilai, langkah-langkah yang dilakukan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sejalan dengan visi besar menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia. “Visi BPJPH untuk mewujudkan sistem jaminan halal yang berdaya saing global sangat relevan dengan semangat Jawa Timur hari ini. Jika sinergi antara BPJPH, pemerintah daerah, dan pelaku UMKM diperkuat, maka Jawa Timur bisa menjadi simpul penting dalam rantai ekspor halal dunia,” tegasnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Penasehat Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Sidoarjo ini menambahkan bahwa kolaborasi antara pelaku UMKM, lembaga sertifikasi halal, dan komunitas pesantren harus terus diperkuat. “Jangan sampai sertifikasi halal hanya menjadi formalitas administratif. Harus ada nilai tambah dari sisi kualitas produk, kemasan, dan orientasi ekspor,”ujarnya.
Ia juga menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas pelaku usaha melalui pendidikan dan riset di perguruan tinggi. Sejumlah universitas di Jawa Timur, seperti UNESA, kini telah membuka program studi dan riset yang berfokus pada industri halal. Menurut Gus Heri, langkah itu menunjukkan bahwa pengembangan ekonomi syariah telah memasuki tahap akademik dan aplikatif secara simultan.
Dalam pandangannya, strategi jangka menengah yang perlu diperkuat adalah memperluas akses ekspor produk halal ke negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) serta kawasan Asia Timur yang mulai membuka pasar halal, seperti Jepang dan Korea Selatan. “Produk halal dari Jawa Timur, terutama sektor makanan, minuman, dan kosmetik, punya peluang besar menembus pasar global. Namun perlu dukungan promosi, branding, dan diplomasi ekonomi yang lebih agresif,” jelasnya.
Gus Heri menambahkan, peran MES Jawa Timur selama ini patut diapresiasi karena telah mendorong ekosistem literasi keuangan syariah, pelatihan sertifikasi halal, serta sinergi antar-lembaga. Namun, ia menegaskan bahwa tahap berikutnya harus berfokus pada hilirisasi dan orientasi ekspor, bukan hanya edukasi dasar. “Kita butuh gerakan ekonomi syariah yang berorientasi global. Jawa Timur sudah waktunya tampil sebagai produsen, bukan hanya konsumen,” ujarnya.
Sebagai Dewan Pakar HIPMIKIMDO Jawa Timur, Gus Heri juga mendorong pemerintah provinsi untuk memperkuat diplomasi dagang halal lintas negara. Jawa Timur, katanya, memiliki posisi geografis dan sejarah perdagangan yang kuat sejak masa kerajaan dan jalur rempah. “Sekarang tinggal bagaimana potensi itu disinergikan dalam format ekspor halal modern,” tambahnya.
Menurutnya, jika pemerintah daerah, lembaga sertifikasi, dan pelaku usaha bisa memperkuat rantai nilai halal dari hulu ke hilir, maka Jawa Timur berpotensi menjadi Halal Export Hub Indonesia 2030. “Ekonomi syariah bukan hanya soal label religius, tapi tentang daya saing dan kemandirian umat. Kalau semua elemen bersatu, Jawa Timur akan menjadi pusat gravitasi baru ekonomi halal nasional, bahkan menjadi mercusuar ekspor halal Indonesia ke dunia,” tutupsnya.
(Sumber : Spotnews.id – Us)