SPOTNEWS.id, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan akan mengalami penurunan hingga menyebabkan suku bunga tinggi dan ketidak pastian global.
Diketahui, di tahun 2023 ini, Bank Dunia telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari tiga persen menjadi 1,7 persen.
Melansir Reuters, Rabu (11/1/2023), penurunan proyeksi itu terjadi karena Bank Dunia masih melihat perang Rusia-Ukraina berlanjut, tingkat suku bunga tinggi, dan ketidak pastian global.
Sedangkan pada 2024, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global berada di level 2,7 persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 hingga 2024 akan berada di bawah 2 persen.
Angka tersebut merupakan laju tahunan paling lambat sejak 1960. Bank Dunia juga memprediksi dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat jurang resesi kembali terbuka lebar.
“Mengingat kondisi ekonomi yang rapuh, setiap perkembangan baru yang merugikan seperti inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, kenaikan suku bunga yang tiba-tiba untuk menahannya, kebangkitan pandemi covid-19 atau meningkatnya ketegangan geopolitik, dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass.
Malpass mengatakan prospek suram akan sangat sulit bagi pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang. Pasalnya, mereka berjuang dengan beban utang yang berat, mata uang yang lemah, dan investasi bisnis yang melambat.
“Kelemahan dalam pertumbuhan dan investasi bisnis akan memperparah pembalikan yang sudah menghancurkan di bidang pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan infrastruktur serta tuntutan yang meningkat dari perubahan iklim,” katanya.
Dalam hal ini, Bank Dunia memprediksi ekonomi AS akan melambat menjadi 0,5 persen tahun ini, 1,9 poin di bawah proyeksi sebelumnya.
Penurunan proyeksi ini seiring dengan AS yang mengalami pengetatan kebijakan moneter paling cepat dalam lebih dari 40 tahun untuk meredam kenaikan harga makanan dan energi. Untuk 2024, ekonomi AS kemungkinan akan tumbuh 1,6 persen, turun sebesar 0,4 poin dari proyeksi sebelumnya.
Sedangkan ekonomi China diperkirakan meningkat menjadi 4,3 persen tahun ini karena pencabutan pembatasan pandemi dan pendorong konsumsi masyarakat. Meski begitu, proyeksi itu turun 0,9 poin dari perkiraan sebelumnya.
Untuk Jepang, pertumbuhan diperkirakan melambat menjadi 1,0 persen tahun ini, penurunan 0,3 poin dari proyeksi sebelumnya. Hal ini karena Negeri Sakura menghadapi tantangan karena harga energi yang tinggi mengikis daya beli rumah tangga dan mengurangi konsumsi. Sementara, produk domestik bruto riil Jepang diperkirakan tumbuh 0,7 persen pada 2024.
Adapun untuk kawasan Eropa pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di level nol persen, karena gangguan pasokan energi yang sedang berlangsung. Sementara, untuk 2024 perekonomian di kawasan ini akan tumbuh 1,6 persen.
Bank Dunia memperkirakan volume perdagangan global tumbuh 1,6 persen tahun ini, setelah melonjak 10,6 persen pada 2021 dan meningkat 4 persen pada 2022. (dn/*)