Spotnews.id- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, Gatot Soebroto, S.E., M.PSDM, memaparkan strategi penanggulangan untuk menghadapi berbagai ancamanbencana yang ada di Jawa Timur.
Hal ini disampaikan Gatot dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) se-Jawa Timur yang digelar di Swiss-Belinn Juanda, Sidoarjo pada 5-6 September 2024.
Gatot Soebroto mengungkapkan bahwa Jawa Timur menghadapi setidaknya 14 jenis ancaman bencana, termasuk banjir, banjir bandang, tsunami, gempa bumi, pandemi COVID-19, dan yang terbaru ancaman penyakit cacar monyet (mpox).
“Di Indonesia, khususnya Jawa Timur, ada 14 ancaman bencana. Ada banjir, banjir bandang, tsunami, gempa, COVID-19, yang terbaru mpox, dan lain-lain,” jelas Gatot.
Lebih lanjut, Gatot memaparkan bahwa pembagian kluster wilayah di Jawa Timur, yang terdiri dari delapan kluster, menunjukkan bahwa setiap wilayah memiliki potensi ancaman bencana yang serupa.
Kluster-kluster tersebut meliputi Wilis Utara, Wilis Selatan, Malang Raya, Probolinggo-Malang-Lumajang (Probomajang), Ijen, Madura, Metropolitan Surabaya, hingga Labanegoro.
“Artinya, posisi kita di manapun pasti akan menghadapi ancaman yang sama,” tambahnya.
Untuk itu, Gatot menegaskan perlunya kesiapan menghadapi segala potensi bencana dengan meningkatkan kapasitas dan pemahaman terhadap ancaman yang ada.
“Kita harus mempersiapkan diri menghadapi potensi apapun juga dengan cara meningkatkan kapasitas dan mengakrabkan diri dengan potensi bencana tersebut,” kata Gatot.
Dalam kesempatan tersebut, Gatot juga memaparkan strategi penganggulangan bencana yang mencakup berbagai aspek, mulai dari penguatan kebijakan dan kelembagaan, pengkajian risiko dan perencanaan terpadu, hingga pengembangan sistem informasi, pendidikan dan pelatihan, serta logistik.
Ia juga menekankan pentingnya penanganan kawasan rawan bencana, peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana, kesiapsiagaan, serta sistem pemulihan pasca bencana.
Selain itu, Gatot juga menjelaskan sejumlah program pencegahan dan kesiapsiagaan yang sedang dan akan terus dijalankan di Jawa Timur.
Program-program tersebut mencakup survei mikrotremor, pemasangan Early Warning System (EWS) dan sirine, rambu kebencanaan, serta pengukuran indeks ketahanan/kapasitas daerah. Selain itu, kegiatan seperti Satuan Pendidikan Aman Bencana dan KKN Tematik Kebencanaan juga menjadi bagian dari upaya peningkatan kesiapsiagaan.
Bagian penting lainnya dari upaya ini meliputi rapat koordinasi, sosialisasi penanggulangan bencana, serta kegiatan penghijauan atau penanaman untuk memperkuat mitigasi bencana di berbagai wilayah.
Gatot menegaskan, dengan kesiapsiagaan yang baik dan koordinasi yang kuat antara Pemerintah, BPBD, BAZNAS, dan masyarakat, Jawa Timur dapat lebih siap menghadapi berbagai ancaman bencana yang ada.
“Semua pihak harus dilibatkan di dalam penanganan bencana”, pungkasnya.
(Laporan:Baznas//Spotnews.id-Ryn)