Jakarta, Spotnews.id – Riza Chalid, pengusaha kaya raya yang kerap dijuluki The Gasoline Godfather, kembali menjadi sorotan publik setelah mencuatnya kasus dugaan korupsi minyak mentah Pertamina tahun 2025. Bahkan, namanya juga disebut-sebut secara terang-terangan oleh tiga menteri ekonomi Prabowo sebagai mafia migas saat terjadi demonstrasi besar-besaran belum lama ini. Riza, yang dikenal sebagai pemain kawakan dalam bisnis perdagangan minyak, sudah resmi berstatus buronan Kejaksaan Agung (Kejagung). Ia ditetapkan sebagai tersangka bersama putranya, Muhammad Kerry Adrianto. Keduanya diduga berperan sebagai beneficial owner di sejumlah perusahaan yang terafiliasi dengan bisnis perdagangan minyak, termasuk PT Orbit Terminal Merak. Istilah beneficial owner merujuk pada individu yang sebenarnya mengendalikan suatu perusahaan, meskipun kepemilikan formal saham terdaftar atas nama pihak lain. Hasil penyelidikan sementara mengungkap kerugian negara yang ditaksir mencapai Rp 285 triliun, setara dengan sekitar 17,3 miliar dollar AS (kurs Rp 16.500 per dollar).
Dengan nilai kerugian fantastis tersebut, skandal Pertamina 2025 diasebut-sebut sebagai salah satu kasus korupsi terbesar dalam sejarah Indonesia. Sumber kekayaan Riza Chalid Nama Riza Chalid sudah lama dikenal sebagai salah satu pengusaha besar di sektor minyak dan gas (migas) Indonesia. Ia memiliki peran penting dalam mengatur arus impor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sumber utama kekayaan Riza berasal dari bisnis impor minyak. Ia terafiliasi dengan sejumlah perusahaan energi, di antaranya Global Resources Energy dan Gold Manor.
kedua perusahaan tersebut pernah menjadi perantara bagi Pertamina Energy Trading Limited (Petral) untuk membeli minyak campuran bernama Zatapi. Saat itu, Petral masih menjadi anak usaha Pertamina yang berbasis di Singapura, sebelum akhirnya dibubarkan.
Dalam laporan kajian restrukturisasi Pertamina delapan tahun lalu, Global Energy bahkan tercatat sebagai pemasok terbesar minyak mentah ke Pertamina Energy Services Ltd, dengan kontribusi mencapai 33,3 persen. Sementara itu, dilansir dari Antara, nilai transaksi bisnis minyak yang dijalankan Riza diperkirakan menembus 30 miliar dollar AS per tahun. Dari gurita bisnis tersebut, kekayaan pribadinya ditaksir mencapai 415 juta dollar AS, sehingga menempatkannya di posisi ke-88 dalam daftar orang terkaya dunia versi majalah Globe Asia tahun 2015. Tidak hanya fokus di sektor migas, Riza Chalid juga melakukan diversifikasi usaha ke berbagai bidang lain. Mulai dari ritel mode, perkebunan kelapa sawit, hingga perusahaan-perusahaan perdagangan minyak bumi. Beberapa entitas yang dikaitkan dengan namanya antara lain Paramount Petroleum, Straits Oil, dan Cosmic Petroleum di Singapura, serta PT Dwipangga Sakti Prima, PT Navigator Khatulistiwa, dan PT Orbit Terminal Merak di Indonesia.
Bisnis lainnya yang dimiliki keluarga Riza Chalid adalah Kidzania, sebuah taman bermain edukatif anak yang tersebar di berbagai kota. Namanya juga masuk sebagai pendiri Sekolah Islam Internasional Al Jabr, Cilandak, Jakarta Selatan. Aset Riza Chalid disita Seiring penyidikan kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah Pertamina, Kejaksaan Agung telah menyita sejumlah aset milik Riza Chalid dan anaknya, Muhammad Kerry Ardianto Riza. Salah satu lokasi penyitaan berada di kawasan Lebak Gede, Pulomerak, Kota Cilegon, Banten, yang merupakan aset PT Orbit Terminal Merak. Di lokasi tersebut, penyidik menyegel lahan seluas 31.000 meter persegi dan lahan tambahan sekitar 190.000 meter persegi. Area itu dilengkapi 21 tangki penampungan minyak, dua dermaga kapal, serta stasiun pengisian bahan bakar. Tak berhenti di situ, tim penyidik juga melakukan penggeledahan di kediaman pribadi Riza yang berlokasi di kawasan elite Jalan Jenggala, Kebayoran Baru, Jakarta, serta kantor pribadinya di Plaza Asia, Jakarta.
(Sumber : Kom // Spotnews.id -us)