Spotnews.id – Runtuhnya sebuah jembatan utama di Baltimore kemungkinan besar akan menutup ekspor batu bara di pelabuhan tersebut selama enam minggu dan memblokir pengangkutan hingga 2,5 juta ton batu bara, ujar Ernie Thrasher, kepala eksekutif Xcoal Energy & Resources LLC.AS mengekspor sekitar 74 juta ton batu bara tahun lalu, dengan Baltimore sebagai terminal terbesar kedua untuk komoditas tersebut. Penutupan pusat batu bara utama mengancam akan mengganggu rantai pasokan energi global yang akhirnya mulai mengatasi kekusutan yang tersisa akibat perlambatan akibat pandemi.
“Anda akan melihat beberapa pengalihan ke pelabuhan lain, tetapi pelabuhan lain cukup sibuk,” kata Thrasher di Xcoal, sebuah perusahaan perdagangan batu bara di Pennsylvania yang bekerja sama dengan beberapa pemasok dikutip Business Stadard, Rabu (27/3/2024). “Ada batasan berapa banyak yang dapat Anda alihkan.”
Baltimore mengirimkan kurang dari 2% dari batubara yang diangkut melalui laut secara global, sehingga runtuhnya jembatan ini hanya akan berdampak kecil pada harga global, kata Thrasher. Ia menambahkan bahwa batubara yang bergerak keluar dari Baltimore mencakup banyak batubara termal yang berasal dari India, yang digunakan untuk pembangkit listrik. “Ini akan menyebabkan beberapa gangguan atau kekacauan dari sudut pandang rantai pasokan,” kata Thrasher. “Tetapi pertanyaan besarnya adalah dampaknya terhadap India lebih besar daripada dampak global.”
(Sumber: Times // Spotnews.id – Lik)