Surabaya, Spotnews.id – Pasar beras yang terdapat di Surabaya menjual beras dengan harga masih relatif tinggi sepekan menjelang Ramadhan. Untuk menyetabilkan harga, Pemkot menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di pasar hingga beberapa titik luar pasar di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui tingkat inflasi month to month (m-to-m) dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Kota Surabaya bulan Februari 2024 masing-masing sebesar 0,45 persen dan sebesar 0,19 persen.
Meskipun naik, inflasi di Surabaya lebih rendah dibandingkan daerah lainnya seperti Kota Malang (0,50 persen), Banyuwangi (0,52 persen), hingga Sumenep (0,70 persen).
Masih dari data BPS, penyebab tingginya inflasi di Surabaya di antaranya karena harga beras (0,31 persen). “Kenapa inflasi di Surabaya tinggi? Salah satunya karena harga beras itu,” kata Wali Kota Eri di Surabaya, Senin (4/3/2024).
Berbeda dengan Februari, Wali Kota Eri mengungkapkan bahwa saat ini stok beras di Surabaya melimpah. Pihaknya baru saja mendapatkan guyuran 280 ton beras dari Bulog.
Rencananya, pihaknya akan menyalurkan beras tersebut kepada pasar hingga sejumlah titik melalui Pasar murah hingga GPM. “Di Surabaya sudah mulai normal. Di semua pasar, disediakan beras murah, minyak, dan gula,” katanya.
Untuk luar pasar, Pemkot Surabaya akan menyalurkan melalui gerakan di 322 titik. Masing-masing titik akan membawahi beberapa RW.
“Saat ini sedang diatur, apakah akan dibuat serentak atau giliran. Termasuk, apakah sepekan sekali, sepekan dua kali, atau dua pekan sekali. Nanti akan melihat kondisi harga,” tandas mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.
Ia mengakui, dalam waktu dekat ada sejumlah momentum yang menjadi atensi pihaknya. Di antaranya, Ramadhan dan Idul Fitri. “Sehingga, kami siapkan sejumlah startegi untuk memastikan harga stabil sejak sebelum Ramadhan hingga awal Syawal nanti,” kata politisi PDI Perjuangan ini.
Selain beras, pihaknya juga akan berkoodinasi dalam penyediaan stok minyak, gula, hingga telur. Tak hanya dengan Bulog, namun juga dengan daerah lain penghasil bahan pokok tersebut.
Satu di antara skema kerjasama yang ditawarkan adalah subsidi ongkos angkut. Sehingga, harga dari petani sama dengan yang diterima pembeli.
“Kami juga bergerak dengan berkoodinasi bersama daerah lain yang menyediakan cabai, telur, maupun ayam. Dengan cara apa? Kami siapkan subsidi,” tandas Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) ini. (*Sp)
(Sumber: Tribun // Spotnews.id – Lik)